Rabu, 21 April 2010

cerpen 1


Gara-Gara Chating

(Co_cari tmn) Hai...
(Co_cari tmn) Kenalan Donk....!
(Co_cari tmn) asl plz...!!

Itulah kalimat-kalimat pambuka setiap kali aku chating dan berawal dari chating pula musibah menimpaku.
            Aku seorang mahasiswa di salah stu PTN. Suatu hari teman baikku memintaku untuk menemaninya kewarnet. Dengan senang hati aku pun menemaninya, sekalian aku minta diajarin tentang interent, kebetulan saat itu aku masih sedikit gaptek. Aku melihat temanku dengan begitu asik dengan dunia maya itu. “Kamu buka situs apaan sih asyik banget?” tanyaku penasaran. “Lagi chating nih....,” jawabnya tanpa sedikitpun menatapku saking asyiknya. “Coba deh kamu ikutan, ntar kamu pasti bakal punya banyak teman dari seluru plosok negeri.”
            Situs chating mulai terbuka, daftar ddan nama kota terpampang. Ketika itu aku memili salasatu kota dalam negeri, sederetan nama akan segera terpampang, sekaligus nama aneh-aneh yang sebenarnya hanya nickname. Dari chating-ku yang pertama, aku mendapatkan lima orang teman baru. Hari berikutnya aku mulai chating kembali, bahkan tanpa ditemani temanku. Selanjutnya aku mulai bertukar nomor HP dengan teman-teman chatingku. Ujung-ujungnya aku sering sms-an yang otomatis menyita pulsa bulananku.
            Dari chating pula, aku kemudian berkenalan dengan seorang cowok yang mengaku berusia 26 tahun dan suda bekerja di slasatu perusahaan. Kami sempat pula bertukar nomor HP, sms-an, bahkan sampai saling menelepon. Selang beberapa minggu cowok itu mulai mengajak untuk kopi darat (bertemu). Dengan sejuta alasan aku menolak ajakan itu. Namun rayuan mautnya tak mebuatku bertahan lama dengan keputusanku. Akhirnya, akupun menyutujui pertemuan itu.
            Semalam aku tidak bisa tidur memikirkan dengan pertemuanku dengan cowok tersebut.”aduh bagaimana nih, mukaku lagi jelek, jerwatku lagi pada nongol. Gimana kalu dia kecewa setela melihat penampilanku atau bagaimana kalu sebaliknya cowok itu yang hancur, aduh... gimana donk.....,” gerutuku sambil memukul bantal. Aku bingung gak tau apa yang harus kulakukan. Akhirnya aku meminta pendapat dari temanku, temanku menyarankan agar aku menemui saja cowok yang mengajakku ketemuan itu,” Temuin aja, gak adanya salahnya kok, kalian Cuma berteman ‘kan? Jangan terlalu berperasangka buruk.”
            Akhirnya aku memutuskan untuk menemui cowok itu, walupun dengan hati yang tidak tenang. Pertemuan kami berlangsung disalasatu mal di Jakarta. Kebetulan ketika itu aku sedang liburan di rumah salasatu saudaraku di Jakarta. Hari itu aku berdandan habis-habisan untuk bisa tampil sefeminim mungkin, sampai-sampai aku pinjam sendal hak tinggi milik kakakku.
            Sesampai di mal, tiba-tiba ponselku berbunyi, ternyata dari cowok itu. Dia bertanya baju apa yang kupakai beserta ciri-ciriku. Aku pun baik menanyakan hal yang sama dan dia menyatakan bahwa dia menunggu ditoko buku. Waduh aku gugup sekali. Tiba-tiba saja, saat aku berjalan menuju toko buku, sendalku putus. Padahal sebelumnya baik-baik saja. Aku pun terpaksa pergi ketoko sendal dan membeli sendal baru. Waduh hari ini benar-benar merepotkan, aku malu sekali.
            Cowok itu kemudian menghubungiku kembali. Ternyata sekarang ia menungguku ditempat makan cepat saji. Dengan hati yang masi dag dig dug aku pun menuju tempat itu. Peristiwa yang kutunggu-tunggu selama ini untuk bisa bertemu dengan teman chating akhirnya terjadi juga. Pertemuan ini layaknya sinetron-sinetron di televisi. Tiba di tempat aku sempat kebingungan mencari cowok tersebut, karena tempat itu sangat ramai. Akhirnya aku menyuruhnya untuk keluar. Seorang cowok dengan tinggi kira-kira 170-an memakai T-shirt berwarna hijau tua dan celana bahan berwarna cokelat keluar. Ciri-cirinya sama betul dengan sebutannya di ponsel, dia menghampiriku, dan ternyata, memang dialah orangnya!
            Wajah memang tidak tanpan. Muka oriental, kulit putih, tapi terlihat keren dengan PDA yang tegenggam di tangannya. Ya.....cocoklah untuk gaya seorang eksekutif muda alias esmud, sesuai dengan pengakuannya. Dia meneraktirku makan, kami mulai berbincang, namun dia terlihat sangat sibuk dengan PDA-nya, sampai-sampai makanannya pun tidak disentuh sama sekali. Entah dia bicara dengan siapa, namun terdengar seperti tengah membicarakan pekerjaan. Sekali ia pergi kebelakang untuk bertelepon, munkin karena tempat ini terlalu berisik.
            Tiba-tiba ia menghampiriku dan bertanya,” Ponselku Lowbet, kamu ada pulsa? Boleh pinjam sebentar? Aku harus menelepon clien.” Ketika itu mimiknya begitu serius, wajahnya menyiratkan keseriusan yang tinggi. Denagan polos aku jawab “ada” dan kuberikan ponselku padanya. Dia mulai menelepon, kemudian berdiri dan berjalan kebelakang.” Mungkuin disini terlalui berisik,” pikirku saat itu.
            Aku tetap duduk menunggunya, setelah beberapa menit taernyata dia tak kunjung kembali. Aku menengok kebelakang dan ...astagfirullahaladzim, aku mulai tersadar ...ya allah.... ponselku!!! Tapi aku belum tersadar dengan kebodohanku dan aku mulai menghibur diri dengan berpikir,”Ah sebentar lagi dia pasti kembali, nggak mungkin dia setega itu mengambil ponselku.”
            Namun menit demi menit yang berlalu dia tidak perna kembali. Aku pun tersentak dari kebodohanku dan segera menemui satpam dan menceritakan yang terjadi. Satpam itu pun segera menemaniku mencari cowok itu keseluru penjuru mal. Tapi hasilnya nihil. Cowok itu bagaikan lenyap ditelan bumi. Badanku langsung terasa lemas. Sulit bagiku untuk menerima apa yang baru saja terjadi. Aku terduduk di pos satpam. Seorang satpam menasihatiku,”Makanya neng, jangan terlalu muda percaya sama orang. Apa lagi baru ketemu di Jakarta, neng.”
            Akupun pulang dengan isak tangis. Aku pasrah. Ponselku, ponsel pertama yang kubeli dari uang tabunganku sendiri selama menjadi guru privat, hilang begitu saja dan itu pun kuberikan kepada si penciri dengan tanganku sendiri.
            Ya allah, mungkin ini teguran darimu. Selama ini aku telalu sibuk dengan urusan duniaku. Aku begitu terlena dengan dunia yang maya, hingga tak menyadari sedikitpun tipu daya manusia dengan liciknya menggunakan tekhnologi untuk berbuat kejahatan. Ini teguran dari allah sekaligus kecerobohanku yang mudah percaya begitu saja pada orang yang belum kukenal.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.